Atmosfer tes CPNS...
Hari Minggu tanggal 3 November 2013 saya mengikuti tes CPNS di gedung olahraga. Saya duduk di tangga ke-7 (di tempat duduk yang biasanya dipake para penonton pertandingan olahraga). Sungguh tempat duduk yang tidak ergonomis (tanpa sandaran punggung, pegal leher, pegal tulang belakang)--> mungkin bisa menjadi sebuah saran untuk panitia CPNS tahun berikutnya. Karena duduk di atas, saya bisa melihat warna warni baju para peserta tes dengan suasana yang hiruk pikuk. Sebagian besar dari mereka, termasuk saya, berkipas-kipas ria karena memang panas sekali. Sudah disediakan sekitar 6 mesin pendingin ruangan dan puluhan kipas angin, namun terkalahkan dengan panasnya lingkungan ditambah kalor yang dikeluarkan sekitar 4000 manusia. Para peserta tes duduk di tempat duduk yang sudah disusun berderet sedemikian rupa di dalam GOR tertutup yang sangat luas. Melihat pemandangan seperti ini, mengingatkan saya akan adegan ujian masuk universitas negeri saat dinasti kuno korea di film korea Sunkyunkwan Scandal. Mereka duduk lesehan di halaman luas terbuka yang ada di depan gedung universitas kuno dan sederhana.
Melihat banyaknya kepala manusia yang memadati stadion, saya berpikir,
"Masih banyak juga ya yang berminat menjadi PNS (PNS...sesuatu yang menurut saya penuh aturan pelik yang harus ditaati seumur hidup selama menjadi PNS). Berarti tes ini adalah sesuatu yang 'worthed' bagi sebagian pemuda Indonesia. Entah mengapa saya tidak mendapat 'soul'nya seperti mereka. PNS masih menjadi suatu pencapaian tertinggi bagi sebagian besar lulusan akademik?"
Hasil yang diharapkan...
Yap. Sejujurnya saya tidak terlalu mengharapkan hasilnya. Bisa dikatakan lebih tepatnya saya mengharapkan 'sesuatu yang terbaik' untuk langkah hidup saya selanjutnya. Entah itu ada disini atau di tempat lain. Wallahua'lam. Formasi CPNS yang saya pilih memiliki rasio penerimaan 1:30. Saya sangat sedikit sekali dalam mempelajari tes kompetensi bidang (TKB). Kisi-kisi TKB kesehatan CPNS 2013 yang kemarin muncul berupa program-program kementerian kesehatan antara lain jampersal, MDGS, desa siaga, dll.
Something inside CPNS examination...
Proses lebih penting daripada hasil. Saya menemukan sesuatu yang jauh lebih penting dibanding hasil akhir ujian tersebut. Ini adalah sesuatu yang sering disebut dengan 'rasa nasionalisme'. Tidak bisa saya pungkiri jika rasa nasionalisme saya bangkit dari kubur saat kembali mempelajari sejarah kemerdekaan Indonesia.
Pertengahan tahun 1945 dimana muncul beribu desakan dari para pemuda Indonesia untuk m e r d e k a. Sesuatu yang menegangkan, tumpah darah, tumpah nyawa. Saya ragu bisa timbul keberanian sebesar itu jika saya yang hidup di masa perjuangan.
Wajar jika para pejuang bawah tanah menolak mentah-mentah bentuk kemerdekaan yang akan diberi titel 'hadiah Jepang'. Hmm Jepang...bangsa kejam tak berperikemanusiaan yang sudah menyiksa rakyat Indonesia. Dijajah di bumi sendiri, bagaimana rasanya?
Tanggal 14 Agustus 1945, terjadi perdebatan internal para perintis kemerdekaan Indonesia. Sutan Syahrir mendesak Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan sebelum Indonesia terlambat jatuh ke tangan sekutu. Para golongan muda dengan kesigapan dan kekhawatiran luar biasa mendesak para golongan tua yang notabene lebih memikirkan banyak pertimbangan agar supaya proklamasi tidak menimbulkan banyak pertumpahan darah rakyat Indonesia. Tujuan mereka 1, namun jalan pikiran mereka berbeda. Soekarno-Hatta yang saat itu tanpa patah semangat mengunjungi para tokoh Jepang menagih janji kemerdekaan. Peristiwa Rengasdengklok, Soekarno-Hatta yang diculik pemuda bangsa sendiri karena sebuah kekesalan dan mungkin kekhawatiran para golongan muda jika menunda-nunda proklamasi kemerdekaan.
Setelah proklamasi pun para pahlawan harus berjuang lebih keras untuk mempertahankannya. Perjanjian-perjanjian diplomasi awal yang hasilnya banyak merugikan bangsa Indonesia, kecurangan Belanda yang hampir membunuh kesabaran pejuang Indonesia, sampai pada terlepasnya Timor-Timur dari nusantara, pergantian kabinet yang sering sebagai proses pencarian jatidiri bangsa, perseteruan internal kubu pemerintahan Indonesia, penghancuran negeri sendiri demi menyelamatkan negara. Hal-hal tersebut di atas hanya beberapa contoh yang membuat saya geram. Sudah lama saya tidak membaca buku sejarah. Mungkin terakhir kali saya belajar sejarah saat SMA kelas 1.
Membaca itu semua, cukup mengingatkan saya untuk mempertahankan kemerdekaan dengan mengharumkan nama INDONESIA, apapun itu. Memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar, mencintai produk dalam negeri adalah sedikit contoh untuk menumbuhkan kebanggaan akan negeri sendiri. Meskipun sulit, menggunakan bahasa Indonesia masih campur-campur dengan bahasa ibu (jawa) dan sedikit bahasa luar, saya akan berusaha menjadi lebih baik.
I LOVE U INDONESIATerima kasih untuk para pahlawan yang telah mempertaruhkan nyawa demi sebuah k e m e r d e k a a n.
MERDEKA!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar