Selasa, 10 Mei 2011

As Mom & married woman

Pas kondangan hari Ahad kemarin, aku lietin temenku nyuapin anaknya (anaknya sekitar usia 3 tahunan). Sementara kawan2 lajangnya antri mengambil santapan yang disajikan, ia melayani anaknya dengan sabar. Habis  menyuapi 1 jenis santapan, ia menawari anaknya santapan yang lain. Sedang dia hanya makan sisa dari makanan anaknya. Hmm, mungkin karena ia malas mengantri lagi. Di sela-sela menyuapi anaknya, sesekali ia menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri. Gak kurus apa ya, kalo makannya gitu doang. Habis tenaga cuman bt nyuapin anaknya. Dalam hatiku berkata, "owh gitu ya."

Saat sedang mengerjakan revisi refrat kelompokku 3 hari yang lalu (1 kelompok terdiri dari 3 orang), aq menemukan sesuatu yang tak beda jauh aromanya dengan yang saya maksud dari paragraf di atas. Kebetulan aku sekelompok dengan 2 orang wanita yang sudah menikah. Melihat hasil pekerjaan mereka yang akan saya revisi setelah dikoreksi dosen, hmm. Dalam hatiku berkata, "owh, begini ya." Pekerjaan yang seadanya. Butir2 differential diagnosis juga cuma 3, gak ada penjelasannya lagi. Padahal di sumber pustaka yang aku baca, DD banyak banget dan perlu penjelasan lebih lanjut. Patofisiologi juga belum dicantumin. Bukan bermaksud songong, namun faktanya halaman refrat didominasi oleh pekerjaan saya. Mungkin karena saya kejatahan diagnosis dan penatalaksanaan kali ya, jadi paling banyak halamannya. Mereka juga bukan tipe pemalas ato koas pato kok. Mungkin karena mereka banyak urusan dengan keluarganya. Sebelum menjadi 1 tim dengan mereka, saya juga pernah 1 tim dengan kawan yg sudah menikah juga. Bukannya malas, tapi saya memandang mereka memiliki urusan2 yang lebih banyak daripada seorang single seperti saya. Meski urusan  mereka itu kecil, namun jumlahnya banyak, lumayan menyita waktu.

Dulu saat saya masih 1 rumah dengan ibu, ibu seringkali berkata,"ibu itu kalo denger anak minta apa, meskipun anaknya cuma nyeletuk ato ibu seakan2 cuek, tapi ibu itu mikir. Keinginan anak sekecil apapun otomatis akan terekam di pikiran ibu."

"ibu itu akan selau mengedepankan kepentingan anak daripada kepentingan pribadinya."

"orang yang sudah menikah itu akan memiliki lebih banyak urusan. Jadi selagi belum menikah, maksimalkan ibadah, konsentrasikan belajar. Krn setelah menikah nanti, akan ada banyak urusan yang tertimbun di pikiran selain hal2 yang biasa ada di sana."     (ternyata celotehan ini sedikit banyak, benar adanya. Aq melihat kenyataannya langsung bu sekarang.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar