Jaga di malam takbiran, dapet 3 pasien 'mlenthung' (red. hamil) dan 1 pasien abortus inkompletus. Kesemuanya merupakan kiriman dari bidan, puskesmas dan instansi kesehatan lainnya. Teliti punya teliti, mereka datang tengah malam begini atas indikasi yang hampir sama.
Co-qer (coass-qeren) : anak ke berapa bu?
pamil 1 (pasien hamil) : ke-2.
bla bla bla...anamnesa berlanjut. Pa-mil 1 adalah seorang G1P0A0, 28 tahun, UK 40 minggu, rujukan rumah sakit "X" di Boyolali dengan keterangan yang menurut saya masih fisiologis. Belum masuk dalam persalinan pula. Heran dengan rujukan tersebut, saya bertanya lagi...
Coqer : kenapa dikirim kesini buuuu? bukannya di rumah sakit "X" udah ada dokter spesialis obsgyn lengkap dengan para bidannya?
pamil : katanya, dokter sp.OG-nya baru mudik. Jadi saya dikirim ke sini.
Coqer : O.
mbak bidan yang denger anamnesa-ku ini langsung nyeletuk,"apah bu? dokternya mau mudik kemana? orang dokter obsgyn-nya RS 'X' itu orang boyolali asli, tetangga saya malah."
Beberapa jam kemudian, datang lagi seorang G1P0A0, 17 tahun, usia kehamilan 38 minggu 3 hari, ketuban pecah dini 12 jam, belum ada tanda-tanda masuk persalinan pula. Vicillin 1 g masuk. Kemudian, sesuai kesepakatan bersama antara mbak bidan, residen dan co-qer, pasien akan kami induksi oksitosin besok aja abis solat id. Sayang sih kalo gak ikut solat id yg cuma 1 taun sekali itu. Dari ruang VK tindakan, pasien kami pindah ke ruang VK observasi untuk beristirahat. 1 pasien beres-lah sudah. Tak lama kemudian datang pasien abortus inkompletus. Tapi pasien yang ini rencana kuretnya baru besok pagi. Alhamdulillah...
Satu jam kemudian, datang lagi (lagi) pamil lagi. Pasien baru ini seorang G2P1A0, 35 tahun, usia kehamilan 39 minggu 6 hari, kiriman bidan dengan keterangan yang saya rasa masih dalam batas fisiologis. HIS (+) 2-3x/menit, DJJ 11-12-11/12-11-11/11-11-11/reguler, air ketuban belum keluar, bukaan 4, masuk kala I fase aktif. Indikasi dirujuk ke sini karena...
Coqer : bu, kenapa dikirim di sini? gak sekalian dilahirkan bu bidan aja tadi?
Pamil 2 : anu mbak, bu bidannya mau mudik. Trus saya dipersilahkan nglanjutin nglairin dimana aja. Jadi saya ke sini deh mbak.
Coqer : O.
Selesai anamnesa, saya sebagai coqer melanjutkan tidur duduk di kursi samping bed pasien. Bener2 posisi tidur yang tidak elegan. Tertidur 1 jam dengan lupa mengecek DJJ pasien, saya tiba-tiba mendengar gemuruh kesibukan 2 orang mbak bidan menyiapkan partus set dan suara mengejan pasien tersebut. Bukaan lengkap. ternyata. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya komposmentis, saya memanggil residen di kamarnya. Seorang pasien, seorang residen, seorang mbak bidan, dan tentunya saya sebagai seorang coqer tak ketinggalan pula berkumpul dalam acara partus malam takbiran tersebut. Handscoen tidak langsung saya pakai karena saya yakin saat itu belum saatnya melahirkan, meskipun bukaan udah lengkap, tapi kepala si calon bayi masih cukup tinggi. Residen dan mbak2 bidan dengan semangatnya memimpin persalinan. Setelah melihat kemajuan persalinan yang cukup signifikan, barulah saya pakai handscoen. Yes! saya dapet kepala (kepala bayi). Sensasi mengeluarkan bayi yang jarang sekali saya rasakan di rumah sakit induk. Paling pol kalo di rumah sakit induk paling coass cuma dapet plasenta & kala 5 (kala di mana partus set yang berlumuran darah harus dicuci).
oek-oeeek-oeeeeekkk
tepat jam 4.30, bertepatan dengan adzan subuh, seorang bayi mungil dengan BB 3000 gram lahir.
Kami (coqer, bidan, residen) mengusulkan sebuah nama untuk si bayi ......... "Fitri Karanpandangi Musai"
Fitri : karena lahir di hari idul fitri
Karanpandangi : nama jalan di mana rumah sakit si bayi lahir berada
Musai : nama residen yang menolong partus
beuh. nama yang teramat payah saya rasa. gak kreatiph.
Hmmh, lumayan lah gak mudik tapi dapet kepala bayi.
Alhamdulillah...