Minggu, 12 September 2010

Good bye my friend...

Benar kata orang-orang bijak dan sok bijak.
"Kita akan menyadari kehilangan sesuatu jika sesuatu itu telah pergi."
Sekecap kabar dari 'dia' pagi buta tadi, membuatku terdiam dan merenung hingga siang ini. Menurutku kabar tersebut biasa saja dan wajar akan dialami setiap manusia. Tapi, entah kenapa kabar ini meninggalkan sedikit ketidakikhlasan di hati. Kabar yang membuatnya bersikeras menelponku tiap hari meskipun tak pernah ku angkat, karena telepon genggamku rusak. Kabar bahwa dia pergi untuk menjalani sebuah petualangan baru sampai akhir hayatnya. Semua akan menjadi terbatas, tak akan bisa sama seperti dahulu.

Dia, spesies langka yang aku temukan di lumpur jalanan, bukan dalam tumpukan berlian. Dia, seorang yang kaya dalam kesederhanaan. Seorang yang selalu mengingatkanku akan ketidakabadian dunia. Yang mengajarkanku makna  hidup seorang manusia sesungguhnya. Yang tak pernah lelah mengembalikanku pada-Nya saat ku jatuh terjerembab. Yang tak pernah bosan menjadi tempat sampah segala kepenatanku.

Ketenaran, kaya harta duniawi, baik-rupa, jabatan, titel, kecerdasan otak, kemapanan finansial...Tak satupun dari itu ia miliki. Ia hanya membawa sebuah kesetiakawanan dan kejujuran. Ia tak pernah melanggar satupun dari batas-batas pertemanan yang aku buat sedari awal. Ia teramat langka.



Hati bersih dan murni itu selalu memanjakanku dengan rasa persaudaraan sesama muslim. Tak pernah ia mempermainkan dan mengotorinya seperti yang lain. Dan hari ini, dia menunjukkan kemurnian itu meski secara tidak sengaja. Petualangan baru yang akan dijalaninya menyadarkanku bahwa ia benar-benar menyuguhkan secangkir 'kesetiakawanan sejati', dan bukan suatu hal menyimpang yang sangat aku benci.


Pernah aku sampaikan kepadanya bahwa aku tak butuh profesor terpandai di dunia, namun aku hanya butuh seorang seperti dia, yang tak bergelar apa-apa.



Kawan....
terima kasih atas segala kelihaianmu membaca pikiranku,
menerawang  posisiku di saat aku terpojok,
dan selalu membesarkan hati seorang pemimpi kecil sepertiku ini

Jujur, awalnya berat mendengar kabar itu. Namun segera ku tersadar kembali bahwa tiap manusia memiliki kehidupan sendiri-sendiri. Kehidupan yang hanya bertemankan diri sendiri dan Allah. Tak ada ayah, ibu, adik, atau kawan sepertimu dalam kehidupan tersebut. Dan mulai detik ini, aku ikhlas melepasmu, menyimpan segala petuahmu untuk menjadi inspirasi hidupku.

Kawanku sekaligus sobat/kakak/guru besarku...
Selamat menjalani petualangan baru!
Semoga penjelajahan ini membawamu pada keutuhan iman yang abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar