Jumat, 24 September 2010

ridhollah fi ridholwaalidain

09.11 : 
aku dapet sms dari ibu', "Assalamu'alaykum, nduk, nek arep bali naik bus wae. Motormu durung dadi.    Mengko yen wes dadi gen diterke mas Ilyas wae, ndak kesel arep ujian. Konsen ujian wae."

Translate : Assalamu'alaykum, nduk, kalo mau pulang, naik bus aja. Motormu belum jadi. Nanti kalo udah jadi, biar motornya dianterin sama mas Ilyas (kakak iparku), biar gak capek, kan mau ujian. Konsentrasi belajar aja.(ceritanya aku tuh di tempat perantauan ini lagi bawa motornya ibuku, sedang motorku lagi diganti shockbreaker-nya di kota asalku sana. Trus aku disuruh ibu buat pulang kampung naik bus, gak boleh naik motor, secara aku orangnya suka nekad, ngacir pulang pake motor. Insting ibuku lumayan tajam yak, tau aja aku mau pulang kampung, padahal aku belum ngasi info apa2).

09.45 : 
aku baru bales sms ibu, maklum kurang peka dengan yang namanya sms. Soalnya di dunia perkoasan, sebagian besar sms tuh isinya mengganggu ketenangan hidup (menurutku sih). Apalagi sms yang nuntut ngejar2 tugas jadi. Jadi agak cuek kalo ada ringtone hp nguing-nguing di telinga. Balesan smsku berisi,"honda-ku jadinya kapan bu? kalo besok siang sebelum jam 12.00 udah jadi, aku pulang naik motor aja (keraskepala mode:on). Biar ntar kalo ada panggilan visum sewaktu2, aku bisa langsung cabut (ngebut =D) ke solo naek motor sendiri." *banyak alesan*
Enak sih kalo naik motor sendiri. Bisa menikmati yang namanya kebebasan. Kalau naik bus tuh gak bebas. Enak sih, gak kepanasan, ada AC. Tapi gak bakalan sebebas kalo naik motor (kepalasekerasbathokkelapa.com)

11.48 : 
pada jam segini, aku belum dapet balesan sms dari ibu. Acara di basecamp forensik usai, aku langsung pulang rumah kontrakan. Nyampe kamar, langsung merebahkan tubuh di bed. Huaaaaah, nikmat duniaaaa. 1 menit 2 menit 3 menit mata kelap-kelip-kelap-kelip-dan akhirnya terpejam. 
"KRING!" tiba2 ada sms masuk, isinya :"Jarkom MF, akhirnya kita mendapat panggilan juga. Nanti jam 1 siang setelah sholat Jumat ada visum di basecamp. Jangan lupa perlengkapan dibawa."

Jreng-jreng! jam 13.00 kurang 1 menit, saya langsung kabur naek motor. Ngeeng! menuju ke basecamp forensik.

Sesampainya di basecamp, saya langsung mempersiapkan segalanya, kemudian memasuki ruang visum. Di situ terlihat seorang gadis seumuran denganku, terebah telentang, lengkap dengan asesoris berkendaraan motornya (jaket, sarung tangan, helm). Helm terpecah menjadi beberapa lempengan. Cranium terpecah menjadi beberapa lempeng, beserta tulang-tulang wajah yang retak hancur ke sebelah kiri. Ada lempeng os cranii yang hilang. Terlihat sepotong kecil bagian otak yang menempel di tangannya yang masih tertutup sarng tangan. Innalillahi wa innailaihi raji'un. *speechless* Pikiranku langsung melambung pada sms ibu beberapa jam yang lalu. *speechless*.

Nb: benar apa yang dikata sebuah blog favorit saya (doktermudaliar.blogspot.com). Saya sebagai koas haruslah sangat amat bersyukur karena Allah sangat menyayangi saya. Hiks. Ia selalu mengingatkan kepada kita bahwa kematian itu dekat dengan kita. Izrail itu ada di sekeliling kita. Namun kita sering terlena dengan kesibukan dunia. Pikiran selalu dijejali dengan urusan dunia seperti takut gak lulus ujian, presentasi kasus, syarat yang belum ditandatangani, follow up pasien di pagi hari hingga tak mengusahakan untuk sekedar shalat dhuha barang 10 menit saja. Iya, saya selama koas ini selalu mengesampingkan amalan sunnah seperti shalat malem, dhuha, seolah2 amalan saya saat ini sudah cukup untuk bekal di akhirat nanti. Seolah2 saya siap jika sewaktu2 dipanggil untuk menghadapNya. Astaghfirullah. Ya Allah, ingatkan hamba selalu. Ampuni semua dosa-dosa hamba. Jadikan saya sebagai hambaMu yang selalu bersyukur ya Allah. Karuniai hamba kekuatan untuk menolak semua bujukrayu setan sampai akhir hayat hamba nanti. Amin. Ibu', makasih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar